Rabu, 23 Februari 2011

PANDANGAN PERTAMA

Itulah saat yang memisahkan aroma kehidupan dari kesedarannya.
Itulah percikan api pertama yang menyalakan wilayah-wilayah jiwa.
Itulah nada magis pertama yang dipetik dari dawai-dawai perak hati manusia.
Itulah saat sekilas yang menyampaikan pada telinga jiwa tentang risalah hari-hari yang telah berlalu dan mengungkapkan karya kesedaran yang dilakukan malam, menjadikan mata jernih melihat kenikmatan di dunia dan menjadikan misteri-misteri keabadian di dunia ini hadir.
Itulah benih yang ditaburan oleh Ishtar, dewi cinta, dari suatu tempat yang tinggi.
Mata mereka menaburkan benih di dalam ladang hati, perasaan memeliharanya, dan jiwa membawanya kepada buah-buahan.
Pandangan pertama kekasih adalah seperti roh yang bergerak di permukaan air mengalir menuju syurga dan bumi. Pandangan pertama dari sahabat kehidupan menggemakan kata-kata Tuhan, "Jadilah, maka terjadilah ia"

( Karya Kahlil Gibran )

Syair Orang Lapar

Lapar menyerang desaku
Kentang dipanggang kemarau
Surat orang kampungku
Kuguratkan kertas
Risau
Lapar lautan pidato
Ranah dipanggang kemarau
Ketika berduyun mengemis
Kesinikan hatimu
Kuiris
Lapar di Gunungkidul
Mayat dipanggang kemarau
Berjajar masuk kubur
Kauulang jua
Kalau
 
( Karya TAUFIK ISMAIL )

Sebuah Jaket Berlumur Darah

Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun

Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
Berikara setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang

Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
 
( Karya TAUFIK ISMAIL )

Kembalikan Indonesia Padaku

Hari depan Indonesia adalah duaratus juta mulut yang
                        menganga
                Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 watt,
                        sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang
                        menyala bergantian.
                Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong
                        siang-malam, dengan bola yang bentuknya seperti
                        telur angsa
                Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang
                        tenggelam karena seratus juta penduduknya.
                                Kembalikan
                                Indonesia
                                padaku.
                Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main
                        pingpong siang malam dengan bola telur angsa di
                        bawah sinar lampu 15 wat.
                Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan
                        tenggelam lantaran berat bebannya kemudian
                        angsa-angsa berenang di atasnya.
                Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang
                        menganga, dan di dalam mulut itu ada bola-bola
                        lampu 15 wat, sebagian putih dan sebagian hitam,
                        yang menyala bergantian.
                Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang
                        berenang-renang sambil main pingpong di atas
                        pulau Jawa yang tenggelam dan membawa seratus juta
                        bola lampu 15 wat ke dasar lautan.
                                Kembalikan
                                Indonesia
                                padaku.
                Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong
                        siang malam dengan bola yang bentuknya seperti
                        telur angsa
                Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang
                        tenggelam karena seratus juta penduduknya.
                Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,
                        sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang
                        menyala bergantian.
                Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang
                        menganga.
                                Kembalikan
                                Indonesia
                                padaku.

( Karya TAUFIK ISMAIL )

CINTAKU JAUH DI PULAU

Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.

( karya CHAIRIL ANWAR )

DO'A


kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

( karya CHAIRIL ANWAR )

MENYESAL


Pagiku hilang sudah melayang,
Hari mudaku sudah pergi,
Sekarang petang datang membayang,
Batang usiaku sudah tinggi

Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta

Akh, apa guna ku sesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma

Kepada yang muda ku harapkan
Atur barisan di pagi hari
Menuju ke arah padang bakti  !

BERPISAH


Bersama - sama bunga di gubah
Menjadi rangkaian halus pewangi
Dan pulang kita bersuka hati
Dikala surya terbenam merah

Di jalan simpangan kita berpisah,
Gubahan bunga gemetar di tangan
Dan sambil kita berpandangan
Jatuh rangkaian, dua berbelah
Ku ambil seutas, setengah lagi
Kau pegang erat, dan kau melompat.....

Dikala senja kujalan sendiri
Hanyalah bunga kau bawa lari
Mengirimkan wanginya ke arah ku lagi

Selasa, 08 Februari 2011

SEPERTI PERCIKAN GERIMIS

Seperti percikan-percikan gerimis yang berkilau pada daun
Tombak-tombak musim melesatkan keperihanku
Anak-anak kunang berpendar dan melepaskan waktu
Butir-butir embun menyusut di dasar jejakku
Akar-akar menyerap setiap buluh kelabu
Rumput-rumput memeluh di sepanjang langkahku. Tapi seperti
Keheningan yang menjelma menara setelah jalan yang meliuk itu
Semuanya terlihat begitu berkilau dan runtuh
Seperti ingin menopang angin
Aku catat semuanya dalam sajak-sajak bening
Udara penuh kebisuan dan warna cuaca yang dingin
Seluruh kesunyian tegak dan menjelma retakan-retakan dinding
Lantas mencari aroma mayatku yang sedih
Kini, segalanya telah saling berhadapan dalam senyap yang nyaring
Meski patung-patung telah terbakar. Dan pada kuburan
Kesepianku yang asin seribu cahaya telah diterjunkan di sana
1999.
(karya INDRA TJAHYADI)

AKU

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

(karya CHAIRIL ANWAR)